BAB I

PENDAHULUAN

 I. Tujuan Pembelajaran

        Modul ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta tentang sistem         pembumian instalasi listrik dan pengaman terhadap gangguan petir

II. Prasyara  t

 Untuk dapat mengikuti modul ini peserta sudah harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan terhadap :
Ø  Rangkaian Listrik Arus Searah
Ø  Pengukuran Listrik
Ø  Instalasi Listrik Tegangan Rendah

 III.  Hasil Belajar

     Setelah tuntas mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu merencanakan, memasang dan menguji sistem,          pembumian dan pengaman gangguan petir pada instalasi listrik tegangan rendah.

IV. Penilaian
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta dalam mengikuti modul ini dilakukan evaluasi terhadap aspek pengetahuan dan ketrampilan. Aspek pengetahuan (teori) dievaluasi secara tertulis menggunakan jenis test jawaban singkat dan pilihan ganda,
sedangkan aspek ketrampilan (praktek) dievaluasi melalui pengamatan langsung terhadap proses kerja, hasil kerja dan sikap kerja.

 BAB II
SISTIM PEMBUMIAN / PENTANAHAN

      Yang dimaksud dengan pembumian / pentanahan adalah suatu usaha untuk mengadakan sistem hubungan dengan tanah / bumi yang menggunakan penghantar dan elektroda tanah.
            Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1987, Pasal 320.A.I berbunyi : Elektroda bumi ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi dan ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian elektroda tanah.
            Dari pasal tersebut di atas diketahui bahwa pentanahan berfungsi untuk menyalurkan arus ke dalam tanah, atau dapat berfungsi untuk menjaga keselamatan jiwa manusia terhadap bahaya tegangan singgung/ sentuh, sebab bila ada kesrusakan isolasi pada suatu instalasi atau bagian yang bertegangan, maka bagian logam yang ada di dekatnya, yang sebetulnya tidak  boleh bertegangan menjadi bertegangan, sebab bila disentuh atau disinggung akan membahayakan jiwa orang yang menyentuhnya.
            Untuk menghindari hal tersebut, maka bagian-bagian logam harus dihubungkan dengan tanah. Akibat dihubungkan dengan tanah, maka bagian-bagian logam tersebut bila bersinggungan dengan bagian yang bertegangan akan mengalirkan arus ke dalam tanah. Akibatnya pengaman-pengaman/ sekring putus, sehingga aliran arus dari sumber tegangan  terputus.
          Hubungan tanah yang baik dilaksanakan dengan menanam batang logam sampai mencapai titik air.

1. Tujuan Pentanahan
1. Untuk mengamankan manusia.
2.Untuk mengamankan peralatan.
3.Agar peralatan dapat berfungsi dengan benar.
4.Untuk keandalan.

2.Syarat-syarat:
   1. Membuat jalur impedansi yang rendah ke bumi.
2.Dapat melawan dan menyebarkan gangguan yang  berulang-ulang dan arus akibat surja.
3.Menggunakan sistem mekanik yang kuat dan mudah dalam pelayanannya.
4.Dapat dipakai dalam jangka waktu minimal 30 tahun atau lebih.
3.Bahaya Kebocoran Isolasi
        a. Bahaya yang mengancam keselamatan hidup manusia karena   adanya sengatan listrik.
 b.Bahaya yang mengakibatkan rusaknya peralatan.
         c.Bahaya kebakaran.
  d.Bahaya tidak stabilnya tegangan suplai ke peralatan.                     


4.Untuk pengamanan terhadap manusia dan peralatan tertentu, maka dianjurkan tahanan pembumian lebih kecil dari 1 ohm.
Sedangkan untuk gardu-gardu listrik di daerah transmisi, nilainya tidak melibihi 1 ohm, dan untuk gardu-gardu distribusi tidak melebihi 5 ohm.



  
Gambar :Gangguan tanah pada sistem yang netralnya tidak dibumikan


 
    

Gambar :Gangguan tanah pada sistem yang netralnya dibumikan.
 Gambar : Sistem yang dibumikan secara langsung



 Gambar : Sistem ELCB
Gambar : Multiple Earthed Neutral System (MEN)

5.Sifat Elektroda Pembumian
Besarnya tahanan pembumian suatu elektroda pembumian tergantung pada :
1. Elektroda pembumian itu sendiri
2. Cara penyambungannya dengan pengelasan atau diikat
3. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah disekelilingnya
4. Tahanan tanah disekeliling elektroda pembumian

6.Jenis elektroda yang sering dipakai :
  1. Elektroda batang
  2. Elektroda pita
  3. Elektroda pelat
Daerah tahanan efektif :
Jarak antara elektroda dengan tempat dimana tahanan tanah sudah tidak berpengaruh terhadap penambahan besar tahanan pembumian.

E    =  Elektroda pembumian
j    =  Tegangan permukaan tanah

UE  =  Tegangan elektroda pembumian
UB  =  Tegangan sentuh
ES  =  Tegangan langkah
7. Komposisi Tanah
-     Tahanan jenis
                  Tabel 1. Nilai Tahanan Jenis Tanah
JENIS
TANAH
TANAH
RAWA
TANAH LIAT &TNH. LADANG
PASIR
BASAH
KERIKIL
BASAH
PASIR DAN
KERIKIL KERING
TANAH
BERBATU
Tahanan
Tanah
(Ohm~M)

30
100
200
500
1000
3000

-                      Kelembaban Tanah
-                      Komposisi Kimiawi Tanah
-                      Temperatur
-                      Musim

8. Memilih Elektroda
1. Elektroda Batang
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan di gardu induk-gardu induk. Secara teknis, elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu tinggal memancangkannya ke dalam tanah.
Terdiri antara lain :
   a. Tembaga pejal
   b.  Baja galvanis
   c.  Baja stainlees

2. Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan tanah yang berbatu, disamping sulit pemancangannya, untuk mendapatkan nilai tahanan yang rendah juga bermasalah. Ternyata sebagai pengganti pemancangan secara vertikal ke dalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara mendatar (horisontal) dan dangkal.


3.ELEKTRODE PELAT

Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.
                                                                                
           

9. Cara Pengukuran Tahanan Pentanahan (Penggunaan Earth Tester)

Ada berbagai macam instrument pengukur tanahan pentanahan, salah satu contohnya adalah Earth Hi Tester.
Pada instrument cara pengukuran ada 2 macam yaitu :
v   Pengukuran normal (metoda 3 kutub), dan
v  Pengukuran praktis (metoda 2 kutub)

Pengukuran Normal (Metoda 3 Kutub)

Langkah awal adalah memposisikan saklar terminal pada 3a, selanjutnya :
1.     Cek tegangan baterai ! (Range saklar : BATT, aktifkan saklar / ON). Jarum harus dalam    range BATT.
2. Cek tegangan pentanahan (Range saklar : ~ V, matikan saklar / OFF)
3. Cek tanahan pentanahan bantu (Range saklar : C & P, matikan saklar / OFF). Jarum
    harus dalam range P/C (lebih baik posisi jarum berada saklar 0).
      4. Ukurlah tahanan pentanahan (Range saklar : x1 ke x100) dengan menekan
          tombol pengukuran dan memutar selektor, hingga diperoleh jarum pada
          galvanometer seimbang / menunjuk angka nol. hasil pengukuran adalah angka yang
          ditunjukkan pada selektor dikalikan dengan posisi range saklar (x1) atau (x100).

Gambar. Prinsip pengukuran tahanan elektroda pentanahan menggunakan metoda jatuh
tegangan – 3 titik

Pengukuran Praktis (Metoda 2 Kutub)
Langkah awal adalah memposisikan saklar terminal pada 2a.
Perhatikan !
Jika jalur pentanahan digunakan sebagai titik referensi pengukuran bersama, maka semua sambungan yang terhubung dengan pentanahan itu selalu terhubung dengan tanah. Jika terjadi bunyi bip, maka putuskan dan cek lagi.
1. Cek tegangan baterai dan cek tegangan pentanahan
     Caranya hampir sama dengan metoda pengukuran normal, hanya pengecekan tekanan tahanan bantu tidak diperlukan.
2. Ukur tahanan pentanahan (Range saklar : x10 atau x100).
     Hasil pengukuran = Rx + Ro
Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh V = 20 V dan I = 1 A, maka tahanan elektroda adalah:


                                      R = V/I = 20/1 = 20 Ohm

Komentar